Suara KPBI

Rakernas III KPBI Sukses Digelar

Semangat Persatuan Gerakan Buruh Digelorakan

Bertempat di kantor Konfederasi Perjuangan Buruh Indonesia (KPBI) di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur, Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III KPBI sukses digelar. Rakernas pada 29-30 November 2019 ini dihadiri oleh delegasi federasi anggota KPBI. Beberapa federasi yang hadir diantaranya FBTPI, FPBI, Federasi Serbuk, Federasi GSPB, FBLP, FSPI, FSPBI dan FSP2KI. Terdapat 2 federasi yang masih berhalangan hadir dalam rakernas kali ini

Selain delegasi dari berbagai federasi, hadir juga pengurus Dewan Eksekutif Nasional (DEN) KPBI. Dalam rakernas yang dihadiri 28 peserta ini dibahas beberapa agenda penting organisasi. Agenda pertama membahas tentang tema buruh dan politik. Tema ini berhubungan dengan riset internal yang dilakukan KPBI pada bulan Juli-September 2019. Riset KPBI menghasilkan beberapa data yang menarik. Diantaranya adalah terdapat selapisan anggota KPBI yang  menginginkan pembentukan kekuatan politik alternatif, bersamaan dengan itu mereka menginginkan penguatan serikat buruh.

Munculnya keinginan pembentukan kekuatan politik mandiri diantara anggota KPBI ini menjadi fakta yang menyegarkan, terlebih untuk sebuah konfederasi yang baru berdiri selama 3 tahun. Lebih lengkap mengenai hasil riset tersebut akan diungkap dalam Catatan Akhir Tahun KPBI yang akan dipublikasikan ke publik pada bulan Desember depan. Dalam agenda pertama juga muncul berbagai pandangan dan perdebatan hangat diantara para peserta rakernas.

Sukanti, delegasi dari FPBI yang dikenal murah senyum dan ramah ini, menyatakan,

“Ini menunjukkan ada kemajuan pemahaman politik diantara anggota. Ini modal yang baik bagi konfederasi untuk meletakkan program perjuangan politik kedepan. Hasil riset mengkonfirmasi optimisme akan lahirnya kekuatan politik alternatif dari kelas buruh, sebagai jawaban akan kebuntuan politik negeri ini yang semakin dikuasai oligarki.”

Rakernas juga membahas laporan kerja dan evaluasi organisasi selama 1 tahun terakhir. Dalam penjabaran laporan dan pembahasan evaluasi terlihat berbagai masalah masih mengemuka sebagai bagian dari dinamika kerja konfederasi. Beberapa kemajuan juga tampak di beberapa lini. Kritik disampaikan dengan antusias oleh para peserta, sebagai upaya perbaikan kinerja.

“Saya pikir, meski belum bisa dikatakan luar biasa, bergabungnya 4 federasi baru sejak dari Kongres adalah pencapaian yang penting. Di awal Kongres kita baru mempunyai 6 Federasi anggota, penambahan ini, harus terus dilipatgandakan kedepan dengan menemukan taktik yang lebih tepat”, ujar Damar Panca Sekjend KPBI yang akrab dipanggil Oncom.

Rakernas hari kedua dimulai dengan mendiskusikan perkembangan situasi nasional. Pembacaan situasi nasional dianggap sangat penting untuk dijadikan landasan menetapkan strategi taktik dan program perjuangan.

“Resesi ekonomi sudah di depan mata. Kapitalisme sudah tak lagi sama sejak 2008, ketika krisis subprime mortgage meletus di Amerika. Rakyat di berbagai negeri mulai melawan semisal di Amerika Latin”, ujar Dian Septi, perempuan  pengurus teras FBLP.

“Pemerintah Jokowi tidak bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi yang dijanjikan selama masa kampanye periode pertamanya. Pertumbuhan ekonomi tidak bisa lebih dari 5%. Kinerja ekonomi nasional ini tidak lepas dari kapitalisme yang tengah mengalami krisis. Kelesuan.”, sambut Mudarip dari FBTPI, mantan kenek trailer yang sudah bertahun-tahun aktif di gerakan buruh.

“Kelas pekerja, buruh, bersama lapisan rakyat lain, adalah sektor yang akan paling terpukul dari imbas perlambatan ekonomi ini. Tekanan regulasi yang memberatkan buruh, politik upah murah yang terus digenjot lebih maksimum, kenaikan BPJS dan lainnya, menunjukkan beban krisis ini hendak ditimpakan ke pundak kelas pekerja dan rakyat pada umumnya”, sambung Cecep, pentolan GSPB bertubuh tegap dan penyuka kretek.

Persatuan diantara gerakan buruh juga menjadi poin pembahasan yang mengundang antusiasisme diantara peserta sidang. Seperti diketahui KPBI dan beberapa konfederasi lain sedang mengusahakan langkah persatuan diantara kekuatan buruh progresif di Indonesia. Walau masih awal, konsolidasi ini cukup melahirkan optimisme baru dan kegembiraan diantara peserta rakernas untuk bisa melihat kemajuan gerakan buruh kedepan.

Tema pendidikan internal menjadi bahasan serius yang cukup panjang dalam rakernas. Semua federasi menyadari bahwa pendidikan menjadi nafas dari gerakan buruh itu sendiri. Kualitas pendidikan dipandang akan menentukan kualitas gerakan buruh dan gerakan rakyat secara lebih luas.

“Di daerah pemahaman atas berbagai masalah perburuhan belum sepenuhnya kokoh. Di ruangan ini kita bisa mengulas kapitalisme dengan sangat terperinci, banyak pemikir bagusnya, tapi di daerah-daerah, karena pendidikan mengenai tema-tema semacam ini belum terlalu masif, pemahamannya juga belum merata”, ungkap Handami, mewakili FSP2KI, delegasi yang berangkat dari Riau.

Adapun tema-tema mutakhir perburuhan tak luput dibicarakan, semisal mengenai penetapan UMK 2020, isu relokasi, revisi Undang-Undang Ketenagakerjaan, kebijakan investasi negara dan bahaya PHK.

“Tantangan gerakan buruh kedepan semakin besar. Kita membutuhkan soliditas dan peningkatan kapasitas gerak”, tegas delegasi Federasi Serbuk.

Rakernas sendiri diakhiri pada hari Sabtu, 30 November 2019, pukul 18.30. Ketua Umum KPBI, Ilhamsyah, menegaskan kepada peserta rakernas dan seluruh anggota KPBI untuk terus menjaga nyala api perjuangan, memperhebat kerja-kerja organisasi, memperkuat solidaritas dan terus awas atas perkembangan situasi ekonomi politik kedepan. Rakernas kemudian dipungkasi dengan acara makan malam bersama untuk mempererat semangat persaudaraan diantara sesama anggota.

****

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button