Uncategorized
Trending

Lihatlah Kemajuan Teknologi itu, Serikat Pekerja!

Ilustrasi Artificial Intelegence oleh tim media KPBI

Di masa silam, ketika api mampu dijinakkan, manusia mengalami lompatan kemampuan berfikir dan bertindak yang menakjubkan. Mereka, homo sapiens akhirnya mampu mengembangkan intelelektualnya ke tingkatan lebih lanjut. Mereka mulai berlatih menjinakkan binatang, meramu makanan, menciptakan senjata, dan perlahan memulai pertanian dalam bentuknya yang paling purba.

Dan hari ini, mereka mungkin tidak pernah membayangkan kecanggihan tekhnologi yang mampu merekayasa dan memodifikasi berbagai hal. Sebut saja contohnya adalah Artificial Intellegence (AI) dan Machine Learning sebagai cabangnya. Secara singkat AI diartikan sebagai kecerdasan buatan dengan mekanisme komputerisasi pada sistem media tertentu dengan kemampuan mengenali secara otomatis pola kompleks dan membuat keputusan cerdas berdasarkan data. Sedangkan Machine Learning merupakan cabang dari kecerdasan buatan (AI) dan ilmu komputer yang berfokus pada penggunaan data dan algoritma untuk meniru cara manusia belajar dan secara bertahap dapat meningkatkan akurasinya. Bukti penggunaan kemampuan ini bisa ditemukan dalam robot yang memiliki kemiripan dengan manusia.

Sophia, robot yang diproduksi oleh perusahaan Hanson Robotic Hongkong diumumkan telah bisa beroperasi di tahun 2015. Kemampuan Artificial Intellegence dan Machine Learning yang disematkan di sistemnya menunjukkan hasil yang mencengangkan. Ia mampu menerjemahkan 30 emosi manusia, berkomunikasi aktif, mengingat nama, menghitung presisi, bernyanyi, dan membuat guyonan yang segar. Beberapa tahun setelahnya, ia bahkan bisa melukis, memberi tafsir, serta menyelanggarakan berbagai acaranya sendiri di media sosial.

Sophia : Robot Manusia, ilustrasi oleh Tim Media KPBI

Kemajuan pesat teknologi ini tak terelakkan melesat juga di roda penggerak industri, di pabrik-pabrik, di pertambangan, sampai militer. Kondisi demikian menempatkan manusia pada berbagai situasi yang dilematis. Mereka beranggapan bahwa kehadiran robot ini akan semakin mempermudah berbagai kebutuhan hidup sehari-hari. Di sisi yang berseberangan, mereka merasa terancam.

Dilansir dari katadata.co.id, Riset McKinsey pada 2017 memperkirakan, sekitar 400 juta hingga 800 juta pekerja di dunia akan kehilangan pekerjaan pada 2030 karena otomatisasi. Sedangkan, 75 juta hingga 375 juta perlu beralih ke kategori pekerjaan dan mempelajari keterampilan baru. Masih menurut McKinsey, pekerjaan fisik yang dapat diprediksi atau berulang seperti buruh pabrik, akan paling merasakan dampaknya. Pekerjaan ini diprediksi terotomatisasi hingga 78%. Kemudian pada sisi yang lain, pemrosesan data, terutama terkait keuangan dan asuransi, juga akan tergerus 69%. Selanjutnya, pengumpulan data akan terotomatisasi 64%.

Di negeri tercinta kita, berdasarkan riset bertajuk ‘Automation and the future of work in Indonesia’ pada 2019, McKinsey menyebutkan otomatisasi membuat 23 juta pekerjaan di Indonesia tergantikan oleh robot pada 2030. Ini memang semacam proyeksi, tapi fakta sedikit banyak di lapangan cukup menunjukkan arah pembuktian yang demikian. Lalu bagaimana serikat buruh atau serikat pekerja dalam menghadapinya?

Secara umum, isu normatif masih menjadi pokok bahasan yang dominan dalam pergerakan serikat buruh di Indonesia. Isu tersebut sebut saja berkutat soal status kerja, jam kerja, perjanjian kerja bersama (PKB), serta isu kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Hal tersebut seringkali menguras begitu banyak energi dan waktu dari pengurus serikat pekerja. Akibatnya, hal-hal lain seperti aspek ideologis, ekonomi politik, sampai isu teknologi mutakhir mungkin cukup luput dari perhatian.

Selain itu, lagi-lagi posisi negara memang perlu dipersoalkan. Negara dalam praktiknya sering dominan dalam memenangkan kepentingan pengusaha atau pemodal. Banyak fakta dan berita yang bisa ditemukan untuk mengafirmasi hal ini. Dan di isu teknologi, negara memang sering berkoar tentang revolusi 4.0 dan berbagai jenisnya, tapi kenyataan buruh di akar rumput atau di bawah, nyaris tidak terkena solusi atau dampak dari apa yang diidealkan tersebut.

Lebih lanjut, penting bagi serikat buruh menjalankan pekerjaan-pekerjaan mendesak yang berkaitan dengan isu teknologi mutakhir ini. Di berbagai ulasan, perkembangan teknologi merupakan keniscaan yang tak bisa dibendung. Sejak masa silam sampai sekarang, teknologi terus saja memerankan kegunaannya yang terus adaptif. Siapa yang tidak mengikuti arusnya, ia tertinggal. siapa yang tidak mengikuti geraknya, Ia ditinggalkan. Maka beberapa poin di bawah ini menjadi perhatian yang serius bagi inovasi perjuangan serikat buruh.

Pertama, menginvestigasi keadaan konkrit tentang pemahaman anggota terhadap teknologi. Hal ini dikolaborasikan dengan data-data umum yang bisa diakses terkait perkembangan teknologi mutakhir, prediksi, dan proyeksi dampaknya secara nasional dan internasional. Setelahnya, serikat melakukan analisa dan memberikan rilis bacaan atau sosialisasi yang terfokus dan bertahap kepada anggota.

Kedua, serikat buruh mengawal secara kritis upaya pemerintah. Terutama terkait kesempatan yang memberi ruang untuk buruh bisa mendapatkan skil-skil secara bertanggungjawab dalam pengembangan teknologi yang adaptif bagi mereka. Terutama penyiapan atas industri yang terancam hilang dan industri yang berpotensi muncul setelahnya. Bahkan serikat buruh juga penting mendorong untuk pemerintah menciptakan ruang tersebut, jika pemerintah terkesan abai. Taktiknya, aksi massa dan audiensi yang terencana bisa terus dimassifkan.

Ketiga, perjuangan ideologi, politik, dan organisasi harus selalu kontekstual dan senantiasa terukur capaian perjuangannya. Dalam hal ini, ideologi yang menuntun segala fikiran serta tindakan tentang hari depan kaum buruh. Politik yang memenangkan tuntutan dan kebijakan yang berpihak pada klasnya. Juga organisasi yang mengatur tata kelola mekanisme kolektif agar terus bisa berjalan tepat. Dalam hal ini, analisa perkembangan teknologi mutakhir yang menjadi perhatian utamanya.

Zaman tidak pernah berjalan mundur. Ia senantiasa bergerak maju. Kalau kita tidak memutuskan bergerak mengikutinya, bersiap-siaplah tergilas oleh roda takdirnya!

**

Oleh M. Husain Maulana. Penulis adalah Koordinator Departemen Media dan Propaganda SERBUK Indonesia dan Deputi Pendidikan Bahan Bacaan KPBI

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button