Buruh.co, Jakarta – Belakangan ramai di Internet poster Forum Bisnis tentang Jessica Tanoesoedibjo, tentang “Sukses di Usia Muda, Kenapa Tidak?” Tapi, poster itu mengundang kritik dari para netizen. Sebab, jauh lebih gampang untuk menjadi sukses bagi anak orang terkaya ke-31 di Indonesia tersebut ketimbang 100 juta orang Indonesia yang berpendapatan di bawah USD 2 dollar atau Rp 30 ribu per hari.
Bahkan poster itu memunculkan poster sindiran tentang anak selebritis tajir Raffi Ahmad dan Nagita Slavina yang masih balita. Poster acara gadungan itu menyebutkan bocah itu akan mengajarkan cara menjadi sukses.
Ternyata, masyarakat semakin tidak mempercayai diktum bahwa kerja keras akan memperbaiki hidup. Ini merupakan salah satu janji mendasar dalam kebebasan kapitalisme. Selain kepercayaan pada kapitalisme yang luntur, masyarakat juga semakin tidak mempercayai institusi negara.
Hal tersebut merupakan kesimpulan dari jajak pendapat The 2020 Edelman Trust Barometer. Penelitian kuantitatif itu sudah setiap tahun selama dua dekade. Survey itu diluncurkan pada Januari 2020.
Jajak pendapat itu menyimpulkan bahwa para responden di negara-negara maju bahkan tidak percaya mereka akan lebih baik dalam lima tahun ke depan meski kinerja ekonomi membaik. Dampaknya, pertumbuhan ekonomi tidak lagi mendorong kepercayaan, setidaknya di negara-negara maju. Hal ini bertentangan dengan anggapan umum. “Kita hidup di paradok kepercayaan,” kata CEO Edelman.
Ia memaparkan pertumbuhan ekonomi selalu mendorong tingkat kepercayaan selama 20 tahun belakangan. “Kesenjangan pendapatan nasional sekarang merupakan faktor yang lebih penting (ketimbang pertumbuhan ekonoi),” katanya. Ia menambahkan banyak masyarakat merasa khawatir dengan ekonomi mereka. Alhasil, gagasan kerja keras memberikan perbaikan hidup tidak lagi dianggap valid.
Elit Percaya Negara, Rakyat Tidak
Sebanyak 56 pesen responden mengaku percaya kapitalisme lebih banyak mudharat daripada manfaatnya. Sebagian besar buruh (83 persen) di seluruh dunia cemas kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi, resesi ekonomi, kurang pelatihan, dan kompetisi harga internasional, imigrasi, dan ekonomi digital. Sebanyak 57 persen responden khawatir kehilangan harkat dan martabat yang dulu mereka nikmati.
Jajak pendapat itu juga menyimpulkan orang-orang kaya percaya pada lembaga negara, tapi tidak dengan kelas sosial di bawahnya. “Meningkatkan sekat kepercayaan antara elit dan publik mungkin mencerminkan kesenjangan pendapatan,” sebut Edelman.
Sebanyak 65 masyarakat melek informasi di seluruh dunia (berusia 25-65, berpendidikan universitas, 25 persen rumah tangga paling kaya) percaya pada institusi negara. Tapi, hanya 51 persen dari rakyat kebanyakan (yang mencerminkan 83 persen dunia) memiliki kepercayaan serupa. “Hasilnya dunia dengan dua realitas kepercayaan berbeda,” tulis laporan itu.
https://www.abc.net.au/triplej/programs/hack/2020-edelman-trust-barometer-shows-growing-sense-of-inequality/11883788?fbclid=IwAR0xE9YEMB1xODz6ppiruWW85ISBulV9ZVBa13MaWiUElXfM0tWRGZl6C-o