Ditulis oleh Gadis Merah
Sore itu langit mendung. Tepat di hari Selasa, 20 Februari 2018, beberapa panitia diskusi publik sedang berbincang-bincang dengan satuan pengamanan di Kawasan Berikat Nusantara Cakung, Jakarta Utara. Perbincangan berlansung tentang pemasangan tenda yang akan digunakan untuk membuat acara sore hari. Untunglah, ketika hujan lebat tiba-tiba mengguyur, tenda sudah terpasang rapi. Hujan lebat juga tak menyurutkan niat panitia untuk tetap menyukseskan acara Diskusi Publik bertema Buruh Perempuan dan Ancaman Kanker Serviks.
Penyakit Pembunuh Perempuan
Kanker pada leher rahim wanita itu membunuh 20 orang per hari di Indonesia. Sebanyak 490 ribu perempuan di dunia bertarung melawan penyakit ini. Penyebabnya adalah Virus HVP lewat hubungan persenggamaan, umumnya pada perempuan yang berganti-ganti pasangan.
Salah seorang pembicara, Vivi Widyawati, dari Perempuan Mahardhika, menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara dengan penderita kanker serviks cukup banyak. Kanker Serviks memang berbahaya tapi bisa dicegah jika kita melakukan pemeriksaan sejak dini. “Jadi buruh perempuan tidak usah takut diperiksa. Karena yang memeriksa adalah dokter ahli,” katanya meyakinkan. Menurutnya, sejak usia kita 21 tahun, atau sejak menikah atau sejak sudah melakukan hubungan seksual, perempuan penting melakukan papsmear, yaitu deteksi kanker sejak dini.
Di Posko Pembelaan Buruh Perempuan, hadir juga dokter-dokter ahli dari Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Di PKBI misalnya dengan biaya Rp 100.000 kita bisa pemeriksaan Papsmear. Karena Papmear mendukung hidup kita lebih panjang.
Deteksi Dini untuk Pengobatan
Kanker Serviks bisa diobati melalui operasi atau kemo terapi. Syaratnya, kanker itu mesti dideteksi ketika masih dini. Dokter Novandra dari PKBI yang sudah 2 tahun praktek di Klinik Procare PKBI yang bergerak di bidang kesehatan reproduksi, turut mengajak buruh perempuan melakukan papsmear. Ia menyampaikan bahwa kesehatan reproduksi yang merupakan bagian dari hidup kita, misalnya adalah masalah keputihan sampai urusan ingin atau tidak ingin punya anak adalah bagian dari kesehatan reproduksi. “Pemeriksaan tidak boleh dalam kondisi haid,” jelasnya.
Ia menceritakan, pada umumnya pasien datang ke dokter sudah dengan stadium lanjut. Padahal, ini yang musti dihindari. Sebab, kanker adalah sel yang sebenarnya tidak diharapkan kehadirannya dalam tubuh kita, pertumbuhanya tidak baik, semakin banyak dan menyebabkan kerusakan pada sel yang normal. Bila dia sudah menyebar ke kelenjar getah bening, paru-paru, ginjal itu berbahaya, akan terjadi kekacauan di tubuh kita.
Dalam penyuluhan, disebutkan bahwa gejala awal memang sulit dilihat dengan kasat mata. Tapi pemeriksaan dini adalah faktor yang bisa mengurangi resiko. Jika dinyatalan oleh dokter mengidap kanker serviks stadium satu dan dua, peluang penyembuhannya makin besar.
Namun jika sudah stadium tiga dan empat akan sulit untuk di sembuhkan. Pemeriksaan Ifa juga bisa dilakukan, namun kalau dokter sarankan ada pemeriksaan lanjutan, tetap disarankan untuk papsmear.
Mengenali Gejala Kanker Serviks
Dalam penyuluhan itu, buruh perempuan yang sebagian besar bekerja di sektor garmen juga mendapatkan informasi mengenai gejala-gejala kanker serviks. Gejala terinfeksi kanker Serviks adalah :
– pendarahan yang tidak normal setelah berhubungan intim.
– pendarahan di luar siklus haid.
– pendarahan setelah monopouse.
– kelainan pada vagina, misalnya keputihan.
– nyeri pada panggul.
Kanker Serviks bisa juga terjadi pada seseorang yang tidak ada gejala sama sekali, tapi setelah pemeriksaan melalui laboratorium ternyata ada gejala kanker serviks.
Faktor resiko adalah :
– Nikah muda
– Ganti-ganti pasang
– Banyak anak
– Perokok
– Kontrasepsi yang digunakan jangka panjang
Begitu pentingnya informasi ini sampai kepada para perempuan, juga kepada para laki-laki. Karena kepedulian terhadap kesehatan harus menjadi perhatian bersama. Selamat kepada Posko Pembelaan Buruh Perempuan, yang sudah menyelenggarakan agenda yang bermanfaat ini. Terus maju bersama para relawannya.