Sejarawan Perancis Stephane Sirot menyebutkan Hari Buruh 2020 sebagai peristiwa bersejarah karena diperingati di tengah pandemi. Belum pernah tercatat peringatan May Day di tengah wabah virus corona (COVID-19) yang mengamuk di 185 negara dengan tiga juta orang terdeteksi telah terinfeksi, dan 208 ribu orang meninggal dunia (data 27 April 2020).
“Di era jaga jarak, pergerakan serikat buruh, yang sangat erat dengan pertemuan-pertemuan tatap muka, menjadi rumit…satu-satunya perbandingan adalah ketika perang,” kata Sirot, seperti diberitakan kantor berita AFP. Di Selandia Baru dan Australia, Mayday akan diperingati di hari lain.
Banyak gerakan sosial, termasuk buruh, di berbagai penjuru dunia mengambil pilihan aksi online di tengah pandemi. Pasalnya, organisasi mempertimbangkan keselamatan anggota dan bertambahnya jumlah pasien yang bakal membebani pekerja medis. Di lain sisi, seorang ibu yang tidak memiliki uang untuk memberi makan anaknya di tengah pandemi berunjukrasa bersama ribuan orang di Beirut (Lebanon). Begitu juga di Israel, ribuan massa di Tel Aviv tetap aksi dengan jaga jarak untuk menentang Perdana Menteri Netanyahu yang dianggap semakin merusak demokrasi.
May Day Online Pertama, Bagaimana Berpartisipasi?
Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia telah memutuskan untuk melakukan Mayday secara virtual. Ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah Indonesia setelah orde baru, hari buruh tidak diperingati dengan aksi besar-besaran. Di Indonesia, Peringatan Hari Buruh Internasional tidak hanya merupakan peringatan pembantaian buruh-buruh di Haymarket dan pencapaian 8 jam kerja. Buruh dapat memperingati Mayday di Indonesia hanya setelah gerakan rakyat menumbangkan orde baru. Di Indonesia, peringatan hari buruh juga bermakna untuk terus berjuang mempertahankan atau bahkan merebut kembali 8 jam kerja dan memperjuangkan upah layak. Di tengah pandemi COVID-19, sudah lebih 2 juta buruh di-PHK atau dirumahkan (banyak tanpa upah). Jutaan lainnya terancam bergabung.
Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) di dalam Gerakan Buruh Bersama Rakyat (GEBRAK) pada 2020 menyeruan “Dunia Baru Tanpa Penindasan.” Sebuah dunia tempat rakyat tidak lagi ditindas atas nama laba, atas nama investasi yang dibungkus dengan penciptaan lapangan kerja, dan kepentingan-kepentingan elit yang kerap terselubung kata-kata manis.
Tidak seperti hari buruh sebelumnya, Serikat-serikat buruh di berbagai belahan dunia melakukan aksi protes secara daring atau online. Di Inggris, Britain’s Trades Union Congress sejak bulan lalu melancarkan kampanye #ThankAWorker. Netizin didorong memposting kisah seorang buruh yang berjasa untuk mereka. Di Perancis, buruh diminta memprotes dengan spanduk dari balkon dan menyerbu sosial media dan menyerukan nasib buruh-buruh berupah rendah terlupakan “yang mempertaruhkan nyawa agar masyarakat tetap berjalan.”
Aksi online membutuhkan dua faktor penting. Seperti aksi pada umumnya, faktor pertama dan utama adalah partisipasi anggota dan kedua pengorganisiran. Dalam partisipasi anggota, peran akar rumput untuk berkampanye adalah kunci karena Internet merupakan ruang di mana informasi banjir dan berlimpah. Pengorbanan paket data atau kuota akar rumput tidak akan pernah sia-sia. Berbagai platform media sosial memilah informasi yang muncul pada penggunanya dengan sangat selektif. Jika Anda punya 2 ribu teman di Facebook, dan ada 500 postingan per hari, tidak semua postingan itu muncul di dinding Anda karena pemilahan menggunakan rumusan algoritma. Kebanyakan akan mengutamakan untuk menampilkan postingan yang hidup interaksinya. Artinya, postingan yang banyak memiliki “suka, komentar, dan bagi” akan lebih mengemuka ketimbangan postingan-postingan yang lain. Di sini, akar rumput adalah kunci jika sebuah gagasan hendak menyebar sebisa mungkin demi mendukung sebuah kampanye.
Akar rumput juga memegang kunci penting untuk menyebarkan tanda pagar (hashtag) yang menjadi penanda sebuah gagasan di jagad maya. KPBI mempromosikan pagar #stopPHK, #saveTHR, dan #talangiRakyat sebagai penanda tuntutan. #stopPHK dan #saveTHR agar pemerintah tegas melindungi hak-hak pekerja dan #talangiRakyat agar anggaran negara diutamakan untuk menembel kebutuhan hidup rakyat yang semakin sulit bahkan untuk sekedar mengganjal perut. Jika akar rumput berpartisipasi, ketiga tanda pagar itu akan meluas. Dan, tidak menutup kemungkinan diadopsi oleh gerakan-gerakan lain bahkan masyarakat umum layaknya tanda pagar #ReformasiDikorupsi.
Faktor kedua adalah pengorganisiran. Berbagai aksi-aksi online membutuhkan, seperti halnya aksi offline, mobilisasi. Untuk itulah, struktur-struktur organisasi memegang peran penting. Struktur organisasi perlu memastikan mobilisasi agar akar rumput aktif di Internet, meyakinkan bahwa meramaikan jagad maya akan memperkuat kampanye. Jika sebuah serikat pekejra tingkat pabrik memiliki 500 anggota, bagikan postingan sebanyak 500 kali jelas akan memancing lebih banyak bagikan dari daftar teman di 500 akunt tersebut. Begitu juga postingan akar rumput akan semakin naik jika banyak dishare kawan-kawannya. Organizer memegang peran penting untuk menyatukan kekuatan-kekuatan akar rumput dalam kepalan-kepalan tinju.
Faktor pengorganisiran juga membutuhkan kerja-kerja organizer untuk memproduksi content yang mendukung kampanye. Federasi-federasi di KPBI telah memulai aksi ajang-ajang itu dengan talkshow-talkshow soal kondisi buruh transportasi dan bongkar muat serta peringatan hari International Workers” Memorial day atau Hari Berkabung Buruh Sedunia. Sementara, KPBI menggelar aksi simbolik berupa pemasangan spanduk dan bakti sosial sebagai kampanye menekan negara dan menggemakan solidaritas rakyat. Tidak hanya itu, may day online akan diwarnai pidato politik dari Ketua Umum KPBI, kawan Ilhamsyah, pada 1 Mei 2020 pukul 14.00 tentang analisa situasi terkini dan apa yang sedang dan perlu kita lakukan. Aksi-aksi tersebut akan disiarkan secara live dan rekaman aksi akan diunggah di sosial media organisasi (FB: Persatuan Buruh, IG, Twitter, dan youtube @persatuanburuh) dan akar rumput adalah bensin untuk mesin penyebaran tuntutan-tuntutan dan gagasan solidaritas rakyat.
Pelajaran dari Pra-Kondisi May Day Online
Apakah aksi-aksi tersebut akan menggema? Talkshow “Ngabuburit Bersama sekjen FBTPI & Ketua STKBM” berhasil mencapai 10.737 akun dengan 4.295 akun mengklik untuk menonton video tersebut. Sementara, peringatan International Workers’ Memorial Days menggapai 7.173 akun dan ditonton 2.920 orang. Semua berkat 79 bagikan, 237 like atau emosi lainnya, serta 112 komentar untuk video pertama dan 58 kali bagikan, 159 like atau emosi lainnya, serta 40 komentar.
Data analisa halaman Facebook Persatuan Buruh juga menyimpulkan keriuhan di sosial media itu merupakan hasil mobilisasi struktur organisasi. Jawa Barat menjadi provinsi dengan peran penonton utama (lebih 52 persen) diikuti -Jakarta (15 persen) untuk video dengan pembicara Ketua Umum SERBUK-KPBI Subono dan untuk talkshow dengan pembicara Sekjen FBTPI-KPBI Mudarip dan dominasi Jakarta (62 persen) serta Jawa Barat (15 persen). Partisipasi cukup signifikan juga ditemukan di Sumatera Selatan di kedua diskusi tempat KPBI memiliki basis. Keduanya mencerminkan penyebaran anggota SERBUK yang berbasis di Jawa Barat dan FBTPI yang berbasis di Jakarta.Artinya, mobilisasi online mulai berjalan.
Meskipun belum sempurna, buruh masih memiliki ruang-ruang untuk membangun dan memperbaiki mobilisasi online. Dan, tidak seperti mobilisasi offline, mobilisasi online memiliki parameter-parameter angka yang objektif, kunci keberhasilan aksi May Day Online nanti ada di anggota dan organizer memegang peran vital untuk menyatukan kekuatan-kekuatan perlawanan anggota menjadi sebuah tekanan ke pemerintah dan seruan lantang solidaritas rakyat bantu rakyat.
Aksi-aksi online juga merupakan persiapan penting untuk ke depan. Ketua Umum KPBI Ilhamsyah mengatakan buruh akan mempersiapkan perlawanan yang lebih besar setelah pandemi COVID-19. Ini karena kita negara-negara di dunia termasuk indoensia akan dihadapkan pada sebuah krisis sistem kapitalisme yang semakin dalam, sehingga kita akan menyiapkan diri organisasi sehingga kita bisa melindungi seluruh anggota, seluruh rakyat Indonesia.