Buruh.co, Jakarta – Upaya Amerika Serikat untuk menggulingkan pemerintahan Venezuela terus dilakukan dengan berbagai cara. Upaya ini terjadi karena pemerintah dengan cadangan minyak terbesar di dunia itu dengan tegas menolak tunduk pada garis ekonomi-politik Washington. Garis ekonomi Amerika Serikat mendorong sistem yang memungkinkan perusahaan-perusahaan raksasa terus mengeruk untung dan rakyat dibiarkan miskin. Meski kondisi ekonomi sulit, rakyat terus memberikan dukungan pada pemerintah dan ini menjadi kunci kekuatan pemerintah melawan intervensi.
Duta Besar Venezuela untuk Indonesia Radames Gomez menjelaskan hal itu ketika memperkenalkan diri pada berbagai perwakilan gerakan sosial di Indonesia. Hadir dalam pertemuan pada 11 Juli 2019 itu di antaranya adalah perwakilan dari Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia, Konfederasi KASBI, Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi, Serikat Tani Nasional, dan mantan pejabat di Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Venezuela, Arif Harahap.
Venezuela merupakan salah satu negara di Amerika Latin yang memiliki kekayaan alam luar biasa. “Venezuela punya cadangan minyak mentah terbesar dunia. Ke-8 dalam cadangan gas alam. Kami punya bahan misil dan roket luar angkasa, mineral langka untuk alat-alat gadget. Semua tabel periodik ada di Venezuela. Kekayaan alam itu mengundang aktor-aktor yang ingin menguasai Venezuela dan menyerang kita,” tutur Gomez.
Setelah gerakan rakyat berkuasa melalui wakilnya Presiden Hugo Chavez pada 1998, kekayaan alam itu dialihkan untuk kepentingan-kepentingan rakyat. Akibatnya, terjadi penurunan kemiskinan secara luar biasa di Venezuela. Sekolah hingga tingkat kuliah bahkan kini gratis. Namun, hal itu tidak disenangi oleh pemerintah Amerika Serikat.
Dalam pertemuan perkenalan tersebut, duta besar yang baru bertugas di Indonesia itu memaparkan kondisi mutakhir negara yang kini dipimpin Maduro tersebut. Menurutnya, persoalan kelangkaan bahan pangan dan berbagai kebutuhan di Venezuela muncul akibat blokade ekonomi dari Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya.
Untuk itu, pemerintah Venezuela terus memaksimalkan perusahaan negara untuk menggantikan kebutuhan yang selama ini diimpor. Hasil produksi tersebut lantas didistribusikan pada rakyat melalui struktur komunitas atau komun.
Selain itu, Gomez memaparkan secara perlahan, mulai terjadi normalisasi hubungan dagang dari sejumlah negara. “Pemerintah Jerman sudah mulai menormalisasi hubungan dengan Presiden Maduro dan menunjukan perubahan sikap politik pada Venezuela,” terang Gomez sebagaimana diterjemahkan. Selain itu, Venezuela meningkatkan kerjasama internasional dengan Tiongkok dan Rusia sebagai alternatif atas blokade Amerika Serikat.
Di sisi lain, perundingan dengan pihak oposisi menurut menurut Gomez mengalami kemajuan berarti. Perundingan itu dijembatani oleh Kementerian Luar Negeri Norwegia. Bahkan, Kementerian Luar Negeri Norwegia menyatakan bahwa kedua pihak menunjukan kemauan untuk berunding.
Bertahun-tahun bermasalah dengan blokade ekonomi yang mengakibatkan inflasi, mayoritas rakyat Venezuela tetap mendukung pemerintah. Padahal, pemerintah AS dan sekutunya melakukan blokade yang memperburuk situasi ekonomi untuk melemahkan dukungan rakyat pada pemerintahan bolivarian.
Gomez memaparkan kepercayaan itu muncul karena rakyat Venezuela memiliki kesadaran politik kuat. “Kita memiliki manfaat atau kelebihan karena rakyat Venezuela punya kesadaran cukup tinggi mengenai ancaman-ancaman ke negara kita dan tetap mendukung pemerintah Venezuela,” jelasnya. Venezuela selama ini memang dikenal memiliki gerakan sosial yang kuat dan mengakar hingga ke tingkat akar rumput.
Beberapa kali, upaya kudeta dan serangan dari Amerika Serikat disambut dengan aksi unjuk rasa besar-besaran rakyat yang menjadi pendukung Revolusi Bolivarian. Bahkan, gerakan rakyat akar rumput berhasil mengembalikan Presiden Hugo Chavez dari upaya kudeta, penculikan dan pembunuhan pada 2002.
Terkait hubungan dengan Indonesia, Gomez menjelaskan ia hendak memperkuat hubungan kedua negara. Selama ini, Venezuela dikenal dengan solidaritas yang kuat pada dunia internasional. Dosen Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Arif Harahap, dalam pertemuan tersebut mengigatkan bahwa Venezuela memberi bantuan dua juta dolar ketika tsunami menerjang Aceh. Venezuela juga menganggarkan sepuluh juta dolar untuk membantu pemulihan gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah.
Venezuela dan Indonesia juga memiliki kesamaan dalam isu Palestina. “Presiden Nicolas Maduro masih melanjutkan langkah-langkah Chavez yang sudah punya posisi sendiri. Caracas punya kontak yang cukup dekat dengan Palestina,” kata Gomez. Ia menambahkan, pertemuan-pertemuan sering digelar di ibukota dengan perwakilan Palestina untuk membahas dukungan pada negara itu. Venezuela juga pernah mengusir duta besar Israel karena serbuan negara itu di wilayah Gaza, Palestina pada 2009.
Selain soal Palestina, Indonesia dan Venezuela memiliki peluang untuk semakin memperdalam hubungan di banyak aspek. “Banyak kesempatan penting dalam perdagangan, pendidikan, energi. Kita sudah identifikasi aksi-aksi potensial yang memungkinkan kedua negara mendapat manfaat,” ungkapnya.
****