Penulis: Zaki Muhammad
Beberapa tahun silam, sejak tanah air Indonesia sedang dijajah oleh kolonial Belanda. Seorang perempuan kelahiran tanah rencong yang berjuluk “Satria perempuan dari rimbai pasai” atau yang dikenal dengan nama Cut Meutia. Cut Meutia bersama sang suami Teuku Cik Tunong, bahu-membahu berjuang mengusir penjajah dengan berbagi cara, mulai dengan penyergapan terhadap patroli-patroli Belanda, sabotase-sabotase, dan terutama dengan bergerilnya dari hutan ke hutan.
Peran istri dalam mendukung perjuangan suami untuk kebenaran memang tidak dapat dipisahkan. Begitu juga saat para istri awak mobil tangki pertamina yang sudah sekitar 5 bulan lamanya memperjungkan hak dan kebenaran sebagai pekerja yang harus rela bertaruh nyawa dijalanan. Perampasan hak dan PHK massa sekitar 1095 awak mobil tangki pertamina lambat laun menemukan reaksi dari keluarganya. Para istri awak mobil tangki pertamina itu merasa permasalahan suaminya juga merupakan permasalahan bersama yang harus di selesaikan. Dampak dari PHK liar dan perampasan hak tersebut sangat menyengsarakan ribuan keluarga dalam kehidupan sehari-hari.
Para istri merasa bahwa permasalahan ini tidak bisa di diamkan begitu saja. Perjuangan sang suami yang tak kenal lelah mulai mengisnpirasi para istri. Para istri mulai menghimpun diri dalam pertemuan-pertemuan. Hari minggu 12 november 2017 kemarin, para istri melakukan pertemuan yang ke-sekian kalinya. Sekitar 50 istri memenuhi Posko Juang plumpang tempat para awak mobil tangki pertamina berkumpul pada Minggu, 12 November 2017.
“Saya sangat mendukung sepenuhnya atas perjuangan suami, namun saya prihatin melihat pemerintah yang seakan-akan menutup mata dan telinga terhadap permasalahan ini. Kami akan ikut berjuang agar pemerintah tahu bahwa para istri juga terkena imbas atas permasalahan ini.” ungkap ibu lilis di sela-sela pertemuan itu.
Dalam pertemuan itu juga para istri sepakat untuk terus menghimpun diri dalam satu barisan para suami untuk berjuang bersama dan menyerbu istana. Para istri awak mobil tangki pertamina juga berencana akan melakukan aksi agar pemerintah terbuka mata hatinya. Lilis juga mempertanyakan janji-janji pemerintah untuk membuat rakyat sejahtera.
Dalam setiap jengkal perjalanan Awak Mobil Tangki Pertamina dalam memperjuangkan hak-nya yang di rampas oleh serakahnya perusahaan. Mereka selalu terus menemukan secercah cahaya semangat, salah satunya ikut terlibatnya para istri dalam perjuangan para AMT.
Lilis menjelaskan, para istri-istri AMT menjelaskan ia akan terus terlibat dalam perjuangan agar suami mendapatkan hak-hak. “Agar suami kami berhasil dan apa yang selama ini dicita-citakan oleh suami berhasil. Kami ingin sejahtera. Bayar upah lembur dan jadikan suami kami karyawan tetap dan sejahterakan hidup kami,” tegasnya.