Buruh.co, Jakarta – Gerakan buruh diharapkan dapat menjadi motor bagi gerakan rakyat untuk mewujudkan cita-cita reformasi. Namun, seruan-seruan persatuan dan pergerakan hendaknya tidak berhenti pada jargon.
Hal itu disampaikan pimpinan berbagai elemen gerakan buruh dan rakyat ketika menyuarakan harapan terhadap amanat reformasi. Mereka menyampaikan itu dalam peringatan 20 tahun reformasi yang merupakan gagasan Gerakan buruh untuk rakyat (GEBRAK) bersama Panitia Peringatan 20 Tahun Reformasi. Di mana, refleksi 20 tahun reformasi banyak yang belum dijalankan oleh rezim pemerintah saat ini. Peringatan digelar di depan Istana Negara pada Senin, 21 Mei 2018.
Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) menekankan agar gerakan buruh mengisi reformasi dan harus mempunyai banyak gagasan. Terlebih, para mahasiswa dalam reformasi membuka ruang ruang demokrasi bagi kaum buruh.
Buruh juga perlu mengerahkan upaya maksimal menuntaskan amanat reformasi. Enam tuntutan reformasi adalah penegakan supremasi hukum, pemberantasan KKN, adili Soeharto dan kroninya, amandemen konstitusi, pencabutan Dwi Fungsi ABRI, dan otonomi daerah. “1998 motor penggerak mahasiswa yang didukung gerakan rakyat. Saat ini, tugasnya kaum buruh menuntaskan reformasi pada hari ini,” seru Ketua Umum KPBI Ilhamsyah.
Ketua Konfederasi Serikat Nasional Hermawan mengharapkan reformasi dapat mewujudkan nilai-nilai demokrasi. “Adil, setara, sejahtera, dan rugi kalau lupa,” ungkapnya merujuk pada pentingnya merawat ingatan tentang reformasi.
Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) berharap cita-cita tersebut diejawantahkan dengan cara persatuan gerakan rakyat. “Seluruh gerakan rakyat harus membangun persatuan, membangun blok politik, dan tidak lagi menggantungkan dengan kekuasaan,” jelas Ketua Umum KASBI Nining Elitos. Menurutnya, kekuasaan tidak akan berpihak pada rakyat. Untuk itu, rakyatlah yang harus memaksakan keberpihakan tersebut.
Berbicara setelah para pimpinan buruh, Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Asfinawati tampak menyetujui gagasan-gagasan tersebut. Ia sepakat agar gerakan rakyat tidak berharap pada politik elektoral penguasaa saat ini. Dengan begitu, ia sependapat pentingnya membangun sendiri kekuatan gerakan rakyat. “Tapi kita harus berhenti berjuang di level jargon hanya meneriakannya tapi tidak pernah mencoba menurunkannya sehingga menjadi kenyataan,” tegasnya menyampaikan otokritik pada gerakan rakyat.
Acara dilanjutkan dengan buka puasa bersama dan doa bersama lintas agama. Doa itu menekankan perlunya kerjasama antar rakyat tanpa memandang perbedaan suku, agama, dan ras. Terlebih, belakangan serangan terorisme di Surabaya dan Sidoarjo semakin memancing konflik horizontal tersebut.