Dunia tengah dilanda pandemi. Virus Corona telah menyebar ke sedkitnya 185 negara. Tak ada satupun benua yang steril dari jejak Covid-19. Lebih dari 2,2 juta orang telah terinfeksi dan seratus lima puluh empat ribu diantaranya berakhir dengan kematian. Selama pendemi ini mengamuk, krisis kesehatan publik dipertontonkan di berbagai negeri. Pemerintahan-pemerintahan kapitalis tampak tidak kompeten mengambil tindakan terkoordinasi untuk melindungi rakyat dari serangan virus. Rapuhnya sistem kesehatan yang selama bertahun-tahun dibangun di atas pondasi komersialisasi dan kebijakan pengetatan (Austerity Program) terkuak kebangkrutannya di tengah serangan pandemi. Jutaan rakyat diombang-ambingkan keadaan, seturut tenaga medis yang bergelimpangan menjadi korban.
Krisis yang sama juga meledak di sektor ekonomi. Kehidupan rakyat memburuk, kemampuan publik untuk memastikan ketahanan finansialnya longsor seketika dengan cepat dan kejam. Di berbagai negeri angka PHK melambung tinggi. Spanyol mencatatkan rekor angka pengangguran tertinggi sepanjang sejarah negara itu, menembus 3,5 juta orang.
Guncangan ekonomi global akibat pandemi Corona bergerak lebih laju dan ganas dibandingkan krisis keuangan global tahun 2008, bahkan jika disetarakan Depresi Besar di dekade 1920-an sekalipun.
Pada dua momen krisis hebat tersebut, bursa saham ambruk 50 persen atau lebih; pasar kredit membeku, menyusul kemudian kebangkrutan massal perusahaan-perusahaan, dan lonjakan angka pengangguran di atas 10 persen, serta PDB tahunan berkontraksi 10 persen atau lebih. Tapi semua drama kemesrosotan ekonomi tersebut membutuhkan setidakmya waktu tiga tahun kalender untuk bisa terlihat. Dalam krisis sekarang ini, kondisi makro ekonomi dan sektor keuangan yang mengerikan langsung nampak hanya dalam hitungan tiga minggu saja.
Di tengah pandemi dorongan untuk melakukan aksi solidaritas dan kerjasama kemanusiaan global didengungkan oleh banyak kalangan. Di Indonesia, slogan “Rakyat Bantu Rakyat”, walau belum sangat populer, namun semakin sering berseliweran dalam pembicaraan dan tindakan publik. Lapisan-lapisan rakyat yang aktif tergerak memberikan sumbangsih di tengah ketidakpastian dan kebingungan massal. Dalam hal ini, Kuba, rasanya bisa menjadi tauladan bagi kita semua. Negeri Karibia ini telah mengirim brigade medisnya ke 37 negara. Tanpa kecuali ke negeri-negeri yang pemerintahnya tidak bersahabat dengan mereka, semisal Italia dan Brasil.
Sebaliknya, pemerintahan Amerika di bawah Donald Trump malah mempertunjukkan perangai yang buruk dan anti solidaritas. Presiden Donald Trump menghentikan pendanaan untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), justru di saat peran lembaga PBB itu sangat dibutuhkan oleh penduduk dunia. Selama pandemi, Gedung Putih memproduksi serangkaian ketidakwarasan yang sukar diterima nalar sehat. Prasangka rasisme diumbar oleh Trump dengan melabeli Covid-19 sebagai “Virus China” (Chinese Virus). Tendensi rasisme dan xenophobik memang bukan atribut baru dalam diri Presiden Trump. Dia menggunakannya sepanjang masa kampanye Pilpres dan rupanya makin menghebat akibat rivalitas perang dagang menghadapi Beijing.
Trump juga secara serampangan menyebut klorokuin dapat digunakan sebagai obat yang mampu menyembuhkan Corona. Trump mengklaim badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) telah menyetujui penggunaan klorokuin sebagai obat Corona. Faktanya, bukan menyembuhkan, klorokuin justru membuat sepasang suami istri di Arizona keracunan. Belakangan, FDA melalui komisionernya Dr. Stephen M. Hahn membantah pernyataan Trump bahwa pihaknya telah mengeluarkan izin penggunaan klorokuin sebagai obat Corona. Seperti dilansir New York Times, FDA menyatakan keberhasilan klorokuin dalam menyembuhkan Corona masih sebatas uji laboraturium belum uji klinis.
Di saat rakyat kebanyakan di berbagai negeri tengah dipersatukan oleh perasaan senasib dan sependeritaan, politik luar negeri Amerika Serikat juga tak terlihat melunak sama sekali. Kebencian akut terhadap pemerintahan Nicholas Maduro di Venezuela tetap dikukuhkan. Amerika Serikat mengirim kapal perangnya ke lautan Karibia. Dalih yang dipakai oleh Washington bahwa pengiriman armada militer tersebut untuk mencegah dan memerangi penyelundupan narkoba. Sebuah dalih yang mengada-ada, dan seperti banyak hal lain yang sering keluar dari mulut Trump, tentu saja tidak masuk akal. Pengiriman kapal perang ini, hanya berselang seminggu setelah Washington mendakwa Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan pejabat senior lainnya di Venezuela dengan label “terorisme narkoba” (Narco-Terrorism).
Hadiah 15 juta USD juga ditawarkan Amerika Serikat untuk informasi yang mengarah kepada penangkapan Nicolas Maduro, seorang presiden sah dan terpilih secara demokratis melalui pemilu. Trump juga tidak hendak merevisi blokade ekonomi yang mereka lakukan kepada Venezuela. Amerika Serikat dengan berbagai tabiatnya telah menambah kekacauan dan ketegangan dunia, persis di saat mereka tidak sanggup melindungi warga negaranya sendiri. Sejauh ini, pandemi Covid-19 di Amerika Serikat telah mencapai 735.287 kasus dan angka kematian sebesar 39,090 jiwa. Amerika Serikat bertengger di urutan pertama negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia. Kebijakan-kebijakan Trump membuat statistik pandemi ini berpotensi terus meningkat, itu artinya rakyat Amerika berada dalam bahaya besar.
Melihat perkembangan global dan kebijakan pemerintah Amerika Serikat secara khusus, Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) dengan dilandasi semangat solidaritas internasional memandang peristiwa-peristiwa tersebut tidak bisa diabaikan. Imperialis Amerika sudah, sedang dan selalu, menjadi ancaman buat umat manusia dimanapun berada, tanpa kecuali di tengah situasi keprihatinan dunia seperti sekarang ini. Oleh karenanya KPBI merasa perlu menyampaikan sikapnya secara terang benderang. KPBI menyatakan:
1. Mengecam pengiriman kapal perang Amerika Serikat ke Karibia dan ancaman keselamatan kepada Presiden Nicolas Maduro.
2. Mengutuk sikap rasialis dan anti solidaritas yang dipertunjukkan oleh Presiden Donald Trump.
3. Memberikan respek dan sanjungan sebesar-besarnya kepada Kuba yang melakukan kerja solidaritas internasional-nya untuk memerangi pandemi Covid-19 di berbagai negeri.
4. Menghaturkan solidaritas kepada rakyat Venezuela yang terus menghadapi ancaman intervensi militer dan blokade ekonomi yang tak berkesudahan.
5. Pesan solidaritas kepada rakyat Amerika yang telah menjadi korban ketidakbecusan dan kesembronoan pemerintah Amerika Serikat dalam menangani Covid-19.
6. Mengajak berbagai kalangan di dalam dan di luar negeri untuk memperhebat solidaritas dan kerjasama rakyat selama menghadapi pandemi Covid-19.
Demikian pernyataan ini kami buat sebagai sikap solidaritas KPBI.
Jakarta, 20 April 2020