Hanya soal Warna Amplop, Istana Tolak Surat Keberatan Omnibus Law dari Pesepeda Jogja-Jakarta

Empat pesepeda Yogyakarta-Jakarta tolak omnibus law di Istana, Senin, 20 Juli 2020

sebanyak 4 pesepeda mesti menelan pil pahit setelah jauh-jauh dari Yogyakarta menuju Jakarta menggunakan sepeda tinggi untuk menyampaikan aspirasi secara langsung pada Presiden Joko Widodo. Surat menyampaikan aspirasi soal dampak COVID-19 dan ancaman omnibus law RUU Cipta Kerja bagi nasib buruh formal maupun informal. Namun, bahkan surat itu ditolak mentah-mentah dengan alasan birokrasi oleh pemerintahan yang terus menggembar-gemborkan penyederhanaan birokrasi.

Peristiwa berawal ketika Senin, 20 Juli 2020 sekitar PKL. 14.05 WIB, 4 Pesepeda yang bersepeda dari Yogyakarta menuju Jakarta tiba di Istana Negara. Sesampainya, salah satu pesepeda Fajar Setyo Nugroho menyampaikan maksud dan tujuannya kepada seorang tentara yang sedang berjaga. Kemudian, Fajar bertanya jika ingin menyampaikan surat kepada pak presiden bisa langsung masuk ke Istana atau melalui Sekretariat Negara (Setneg) yang gedungnya berada di samping Istana. Tentara tersebut menjawab, harus lewat Sekretariat Negara.

Bacaan Lainnya

Setelah percakapan tersebut , kemudian 4 Pesepeda langsung menuju Gedung Sekretariat Negara untuk menyerahkan surat yang dibawa dari Jogja. Alih-alih, 4 Pesepeda langsung dicegat salah seorang petugas begitu akan memasuki gerbang Gedung Sekretariat Negara. Setelah menanyakan maksud dan tujuan para pesepeda datang ke gedung Sekretariat Negara, para petugas keamanan tidak mempersilahkan para pesepeda untuk masuk. Malahan, petugas keamanan itu tidak mengizinkan sepeda untuk parkir tanpa alasan jelas. Para pesepeda diminta untuk memarkirkan sepedanya di trotoar di luar pagar gedung.

Bukan hanya itu, para pesepeda tidak dipersilahkan masuk melewati pagar. Dari balik pagar besi yang membatasi antara petugas keamanan dengan pesepeda, petugas keamanan mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo melalui Setneg tidak bisa menerima surat yang dibawa oleh pesepeda karena menggunakan amplop putih.
“Kalo mau nyuratin Presiden yang bener dong,” Ujar petugas keamanan.
“Yang bener gimana pak? Ini kan kita udah pake amplop,” Tanya Fajar.
“Ya yang formal pakai amplop yang coklat, dan diberi materai,” Jawab petugas tersebut.
“Emang kalo kita pake amplop putih ngak bisa pak? Terus kalo pake materai gunanya untuk apa? Kan cuman nitipin surat aja, ini kita jauh-jauh dari Jogja pake sepeda pak,” Ujar Fajar. “Yaa nggak bisa, yaa pake materai untuk pernyataan. Banyak juga mas yang kaya sampean, datang dari jauh ke sini,” serunya.

Setelah surat ditolak, akhirnya para pesepeda meninggalkan Setneg untuk mengirimkan surat ke parlemen yang ditujukan untuk Ibu Puan Maharani selaku Ketua DPR RI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.