Dinamika Buruh

Perlawanan PHK: Tidak Bekerja (di PT) Tidak Bikin Kita Mati

Warung Empal Bang Jons di Kosambi, Karawang

Dalam hitungan dua minggu kedepan kaum buruh dihadapkan dengan tanggal keramat, sebuah tanggal yang pasti diingat dan teringat dalam benak buruh. Adalah penetapan tanggal momentum perjuangan kaum buruh dalam melanjutkan tugas sejarahnya, tanggal 1 Mei yang lebih akrab di telinga kita dengan sebutan MAYDAY (Peringatan Hari Buruh Internasional).

Berkaitan dengan esensi mayday itu sendiri, ketika atmosfir perjuangan dan pengorbanan menyatu dalam sebuah momentum peringatan hari bersejarah, aku tertarik dan ingin melihat, mendengar dan merasakan langsung aura perjuangan yang sedikit lebih mengerucut di tingkatan paling dekat dengan buruh, yaitu perjuangan bertahan hidup dan tetap yakin akan perjuangan.

Melalui pertigaan kosambi Karawang, laju kendaraan dari arah pasar kosambi aku belokkan ke kiri jalan. Rute yang tak asing lagi buatku, kemacetan jalur arteri serta persimpangan jalan santapan hari-hari di kawasan ini, kendaraan melaju diangka 30km/jam masih bisa mata dan kepalaku menoleh sisi jalan, satu pemandangan menarik perhatianku pada sebuah tenda lengkap dengan gerobak di seberang jalan, kurang lebih 150m dari pertigaan kosambi.

Sebuah gerobak yang di setiap sisi kacanya bertuliskan “empal sapi khas Cirebon.” Nama yang tak asing lagi karena sudah akrab di beranda Facebookku. Ia adalah bang jons, pemilik bernama asli Feri ini lebih senang dipanggil bang Jons, beliau juga termasuk salah satu temanku di media sosial ini.

Kami bertiga ( sekeluarga ) bersepakat mampir dan menghilangkan kepenasaranan kami terhadap makanan ini. Sapaan ramah khas buruh aku temui disana, saling berjabat dan sedikit berbincang sebelum pesanan kami lontarkan. “Empal sapinya 3 , yang dua pakai nasi dan yang satu pakai lontong,” ucap istriku yang memang bertugas sebagai corong suara jika kami ber tiga mampir dimanapun warung makan.

“Kasusnya sampai mana sekarang kawan?” ujar istriku. Kebetulan pemilik warung empal sapi ini salah satu anggota dari serikat Konfederasi KASBI. Ia juga hanya beda desa dengan kami. “Masih diteror teh oleh pihak managemen, mereka tetap menyarankan kami ngambil pesangon,” jawabnya.

Sambil meracik dia menceritakan perjuangannya sampe memutuskan untuk jualan empal sapi, keputusan berjualan didukung pula oleh sang istri yang juga anggota serikat.

Empal sapi khas cirebon sudah siap disantap, pesanan istriku lebih dulu disajikan. Istriku agak sedikit kebingungan mencari-cari mangkok sambal, karena dia hanya menemukan toples kecil yang didalamnya ada bubuk cabe. Sedikit sekali dia menuangkan bubuk cabe kedalam mangkok, menyicipinya sedikit. “Kalo saya mah yakin apa yang saya lakukan itu benar, makanya saya bertahan,” ucap bang Jons. Kami pun bercakap-cakap sambil menghabiskan makanan bersantan ini.

Selesai makan kami pun pamitan, awalnya dia tidak mau dibayar. Istriku langsung menolak. “Namanya orang jualan ya harus tetap di bayarlah,” dengan senyum-senyum dia menerima.
Setelah berjabatan tangan dan kami meluncur pulang, kami janjian saat mayday nanti untuk ngopi bareng.

Selain kenyang kami pun mendapat pembuktian bahwa “tidak bekerja tidak bikin kita mati”. sering mengupload foto kegiatannya dalam melakukan usahanya itu.

Dengan cara tidak menerima iming-iming pesangon yang jauh dari kata layak, bang jons yakin, apa yang telah dia lakukan adalah bentuk perjuangan, agar memberikan peringatan kepada kaum modal bahwa buruh itu tidak gampang dibodohi, semoga memberikan bukti agar pengusaha kedepannya tidak semena mena terhadap buruhnya.

Selama kita bisa berusaha, jalan akan selalu tersedia.

Salut buat bang jons dan istri..
Semoga laris dagangannya.

Salam MUDA BERANI MILITAN.

(Reporter: Gopur – FSPEK Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia) 

 

Redaksi Buruh.co menerima tulisan dari publik dengan tema-tema perburuhan, gerakan rakyat, dan situasi buruh serta rakyat sehari-hari. Tulisan dapat berupa puisi, liputan, esai, bahkan kumpulan foto dengan keterangan (caption). Pengiriman dapat dilakukan melalui email suarakpbi@gmail.com, nomor whatsapp +62 821-1214-2182, atau inbox fanspage Facebook Suara KPBI

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button